Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita
© Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Inovasi Rehabilitasi Penyandang Disabilitas Berbasis Masyarakat

Admin
Senin, 02 Agustus 2021 Last Updated 2022-03-10T14:27:52Z


kareba-celebes.com


WAJO-Terdapat 18 penyandang disabilitas di Desa Keera, Kecamatan Keera, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.


Data ini didapat oleh penulis dalam perbincangan dengan Ruslan, S.Kep., Ns., M.Kes., Kepala UPTD Puskesmas Keera beberapa waktu yang lalu.


Para kaum disabilitas ini ada disabilitas sensorik, fisik dan mental.


Data menunjukkan, di desa ini hanya satu orang penyandang disabilitas yang ditangani, yakni satu ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa).


Penyandang yang lain terlantar, tidak mandiri dan tidak diberdayakan.


Penyandang disabilitas adalah juga warga negara. Keseteraan sepatutnya dijunjung.


Mereka juga punya hak terhadap pekerjaan dan layanan publik.


Dengan kondisi ini, Ruslan meluncurkan sebuah inovasi. Inovator Ruslan menyebutnya sebagai  Masker Pelita (Masyarakat Keera Peduli Disabilitas).


Isu jender tak luput dari inovasi ini. Bahwa  perlakuan negara dan masyarakat terhadap penyandang disabilitas harus adil terhadap kedua jender yang ada.


Inovasi ini berperan memajukan kesehatan fisik, mental dan kepercayaan diri kaum disabel.


Kekerasan terhadap kaum disabel juga menjadi perhatian inovasi ini.


Inovator Ruslan memandang penyandang disabilitas sudah mulai berterima di masyarakat.


Media ini pernah beranjangsana ke sebuah SLB (Sekolah Luar Biasa) dan melihat para penyandang tuna grahita, tuna rungu dan pengidap autis mendapatkan pendidikan yang layak di bilangan Pitumpanua. Banyak pula peserta didiknya dari Kecamatan Keera.


Selama ini jika kita menemukan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) misalnya, mereka dibawa ke rumah sakit jiwa.


Kini, dengan inovasi ini, mereka cukup tetap di domisilinya dengan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM).


Masker Pelita mulai dicanangkan pada akhir 2018 dan dilaksanakan pada tahun 2019.


"Banyak pihak yang terlibat dalam inovasi ini," ujar Inovator Ruslan memulai. Ada Kader RBM, nakes, Pemdes, Kapus, dokter, Pengelola Gangguan Indera dan Fungsional, Program P2 Penyakit Tidak Menular, Program Kesehatan Jiwa, Program Perawatan Kesehatan Masyarakat, Program Promosi Kesehatan dan Bidan di Desa.


Demi kelanjutan pascaprogram, penyandang disabilitas idealnya memiliki kartu jaminan kesehatan.


Para pemangku kepentingan dan masyarakat diharap mampu memediasi sehingga penyandang disabilitas dapat bekerja unit/usaha desa.


Inovator Ruslan memaparkan dampak nyata dari program ini.


"Ada lima orang yang sudah bisa mandiri dalam beraktifitas. Masyarakat sudah terbuka menerima mereka dan mulai berbaur dengan masyarakat.


Para penyandang disabilitas dilatih dan akhirnya memiliki keterampilan.


Masyarakat pun menjadi makin peduli dengan mereka.


Bahkan lima orang ODGJ sudah tertangani dan tidak terlantar lagi.


Para penyandang disabilitas ini, ada yang bekerja sebagai teknisi listrik, penjahit, pekebun dan pekerja lepas.


Lima ODGJ rutin ke Puskesmas pula. Masyarakat yang sebelumnya abai dengan mereka, kini mulai peduli.


Laporan: Abdul Wahab Dai

Penyunting: Gus Mus

Berita Lainnya

Tampilkan

  • Inovasi Rehabilitasi Penyandang Disabilitas Berbasis Masyarakat
  • 0

Terkini