
BONE--Masalah tengkes (stunting) masih menjadi isu krusial di berbagai wilayah Indonesia termasuk di Desa Bontojai, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone., Sulawesi Selatan.
Sebagai wujud kepedulian terhadap permasalahan ini mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Gelombang 114 Universitas Hasanuddin menggelar kegiatan edukasi gizi dan pelatihan pangan lokal inovatif (Kamis, 24/07/2025) di Balai Desa Bontojai.
Dosen Pendamping KKN (DPK) Andi Tenri Bali Baso. S.S., M.Hum. menyebut kegiatan ini bertajuk Pelatihan dan Edukasi Peningkatan Gizi melalui Pembuatan Surabi Campuran Ikan dan Selai Buah Pisang sebagai Jajanan Bergizi untuk Pencegahan dan Penanganan Stunting dan diprakarsai oleh Febrio Rynaldo Tanwar, mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Unhas.
Kegiatan ini melibatkan Pemerintah Desa, kader PKK, Bidan Desa, serta masyarakat setempat khususnya ibu-ibu rumah tangga sebagai garda terdepan dalam pemenuhan gizi keluarga.
Dalam sambutannya Kepala Desa Bontojai A. Alimuddin menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap inisiatif mahasiswa KKN dalam mendekatkan solusi gizi kepada masyarakat secara nyata dan menegaskan bahwa pencegahan tengkes tidak cukup hanya dengan penyuluhan, tetapi harus disertai aksi nyata dan inovasi pangan yang mudah diterapkan.
“Melalui kegiatan ini kita melihat bahwa makanan tradisional seperti surabi bisa dikembangkan menjadi jajanan sehat yang menarik bagi anak-anak. Inilah langkah sederhana namun berdampak besar dalam melawan stunting,” ungkapnya.
Selanjutnya, kegiatan diisi dengan pemaparan materi oleh Febrio Rynaldo Tanwar. Dalam penyampaian edukasinya, Febrio menjelaskan secara interaktif tentang pengertian tengkes, penyebabnya, serta pentingnya pemenuhan gizi dari makanan lokal yang terjangkau.
Ia mengajak masyarakat untuk tidak hanya bergantung pada makanan instan atau jajanan modern yang kurang bernutrisi, namun mulai kembali ke pangan lokal yang kaya gizi dan ramah di kantong.
“Surabi yang kita kenal sebagai camilan sederhana ternyata bisa dikreasikan menjadi lebih bergizi dengan menambahkan ikan sebagai sumber protein, serta selai pisang sebagai sumber vitamin dan serat. Dengan sentuhan sederhana, makanan tradisional bisa menjadi senjata ampuh melawan stunting,” jelas Febrio.
Acara semakin menarik saat memasuki sesi praktik langsung. Peserta diajak untuk menyaksikan demonstrasi pembuatan surabi campuran ikan dan selai pisang. Antusiasme peserta terlihat jelas saat mereka turut mencoba mencetak adonan, mencicipi hasilnya, dan berdiskusi mengenai potensi pengembangan jajanan ini menjadi produk usaha keluarga.
Tidak hanya menjadi solusi pangan sehat, surabi bergizi ini juga membuka peluang ekonomi kreatif berbasis rumah tangga. Beberapa peserta bahkan menyatakan ketertarikannya untuk mencoba memproduksi jajanan ini secara rutin di rumah dan menjadikannya alternatif bekal anak-anak sekolah.
Kegiatan ditutup dengan sesi tanya jawab, pembagian modul resep, dan dokumentasi bersama. Melalui pelatihan ini masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya gizi seimbang dan mampu mengadopsi pola konsumsi pangan lokal yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari menuju Desa Bontojai Bebas Tengkes.
Penulis: Febrio Rynaldo Tanwar
Editor: Abdul Wahab Dai