
Penulis: Muliyadi Ahmad
PHITSANULOK, 20 Agustus 2025--Junaedi, mahasiswa Pascasarjana Farmasi Universitas Megarezky (Unimerz) Makassar, Sulawesi Selatan tampil sebagai perwakilan Indonesia dalam Konsorsium Dalam Rangka Internasionalisasi Obat-obatan Cina/Consortium for Globalization of Chinese Medicine (CGCM) di Phitsanulok, Thailand.
Pada forum internasional bergengsi ini ia mempresentasikan penelitian tentang Lontara Pabbura, naskah pengobatan kuno Bugis yang memuat pengetahuan tradisional dalam menangani berbagai penyakit, khususnya “Lasa Makkunrai”.
Lontara Pabbura merupakan warisan budaya masyarakat Bugis yang telah berusia ratusan tahun. Naskah ini mencatat resep dan teknik pengobatan tradisional, termasuk untuk penyakit “Lasa Makkunrai” yang diartikan sebagai gangguan kesehatan reproduksi perempuan. Di dalamnya dijelaskan gejala serta metode terapi menggunakan berbagai tanaman obat lokal.
Dalam presentasinya Junaedi menguraikan tanaman yang digunakan, cara pengolahan, hingga teknik pemberian obat sebagaimana tercatat dalam naskah. Ia menekankan pentingnya pelestarian pengetahuan tradisional ini agar tidak hilang, sekaligus membuka peluang integrasi dengan pengobatan herbal modern.
Konferensi internasional tersebut menghadirkan pakar, peneliti dan praktisi dari berbagai negara yang berbagi inovasi pengobatan alami. Sebagai satu-satunya delegasi dari Indonesia Junaedi memperoleh kesempatan emas memperkenalkan kekayaan tradisi pengobatan Bugis yang jarang dikenal di tingkat global.
Presentasi tersebut mendapat perhatian peserta konferensi dan memicu diskusi tentang relevansi Lontara Pabbura dalam pengembangan pengobatan herbal khususnya terkait kesehatan reproduksi perempuan.
Ini menjadi tahun kedua Junaedi mengikuti forum serupa tahun lalu ia juga berpartisipasi di CGCM yang diselenggarakan di Tiongkok.
Selain menempuh pendidikan pascasarjana Junaedi aktif sebagai anggota Tamalanrea Science and Research Center --komunitas yang bergerak dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan potensi lokal, termasuk pengobatan tradisional--.
Junaedi berharap penelitian ini dapat membuka jalan bagi kolaborasi internasional dalam mengkaji lebih dalam naskah-naskah pengobatan kuno Nusantara. Ia juga berharap agar generasi muda semakin bangga dan peduli melestarikan warisan leluhur, sehingga pengobatan tradisional Bugis tidak hanya menjadi peninggalan sejarah, tetapi juga bagian penting dari solusi kesehatan masa depan.*
Sumber Foto: Muliyadi Ahmad