
Narasi oleh Panitia Pelaksana Bidang Edukasi dan Dokumentasi
Penyelaras Bahasa: Abdul Wahab Dai
WAJO--Kegiatan Tudang Sipulung dan Mattompang mewarnai rangkaian Pekan Budaya Wanua Tosora yang diselenggarakan di Baruga Lasalewangeng Tosora, Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan (26/09/2025).
Kegiatan ini merupakan upaya kolektif dalam melestarikan budaya lokal sekaligus memperkuat identitas kebudayaan masyarakat Bugis Wajo.
Acara tersebut dihadiri oleh jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo antara lain Wakil Bupati Wajo dr. H. Baso Rahmanuddin Makkaraka, M.Kes. (beserta istri) dan Drs. H. Alamsyah, M.Si. Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wajo.
Hadir pula Camat Majauleng dan Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Majauleng, Kapolsek Majauleng, Danramil 1406-05 Majauleng, serta para kepala desa se-Wanua Tosora (Desa Tosora, Desa Tellulimpoe, Dela Cinnongtabi, Desa Tajo dan Desa Tua).
Hadir pula pengelola Sekolah Budaya Bugis Wajo, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kalangan akademisi dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (FIB Unhas) yang menjadi mitra strategis Pemerintah Daerah dalam gerakan pemajuan kebudayaan.
Rangkaian acara diawali dengan Tudang Sipulung, yaitu tradisi duduk bersama di atas tikar yang sarat nilai kebersamaan. Dialog budaya dengan tema “Tosora Masa Kini dan Masa yang Akan Datang” menjadi ruang diskusi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk merumuskan arah pelestarian kebudayaan.
Selanjutnya, digelar prosesi Mattompang, yakni ritual pembersihan dan penghormatan terhadap benda pusaka sebagai simbol penghargaan terhadap nilai-nilai leluhur masyarakat Bugis.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Wajo menyampaikan apresiasi tinggi terhadap gerakan pemajuan kebudayaan di Wanua Tosora. Baso Rahmanuddin memberikan penghargaan kepada Fakultas Ilmu Budaya Unhas yang telah menjadikan Tosora sebagai daerah binaan dalam agenda pelestarian kebudayaan.
Senada dengan itu, Dr. Wahyuddin, M. Hum. --Wakil Dekan Bidang Kemitraan, Riset, Inovasi, dan Alumni FIB-Unhas-- menegaskan komitmen untuk terus bersinergi dalam pengembangan riset serta program-program pelestarian budaya di Kabupaten Wajo, khususnya di Wanua Tosora.
Nilai akademis kegiatan ini semakin kuat dengan dipresentasikannya naskah Lontarak Panguriseng Kerajaan Wajo milik keturunan langsung A. Paramata, penulis Lontarak terdahulu.
Naskah tersebut telah berhasil disalin kembali oleh tim gabungan yang terdiri atas perwakilan Sekolah Budaya Bugis Wajo, perwakilan dosen FIB Unhas, dan mahasiswa Sastra Daerah Unhas.
Upaya ini tidak hanya memperkaya khazanah literatur Bugis, tetapi juga memperkokoh fondasi kajian budaya lokal. Pekan Budaya Tosora diselenggarakan dengan tujuan menjaga silaturahmi antarwarga, mempererat persatuan, serta menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap warisan budaya Bugis.
Melalui Peraturan Desa yang telah ditetapkan, kegiatan ini diharapkan menjadi agenda rutin dan memiliki dasar hukum yang kuat untuk keberlanjutan pemajuan kebudayaan di Kabupaten Wajo.
Kepala Desa Tosora Asri Prasak Mas'ud, S.Sos. beharap agar dalam kegiatan Pekan Budaya ini sinergitas dan kolaborasi tetap terjalin sehingga akan menginovasikan gerakan pemajuan kebudayaan di Kawasan Wanua Tosora.*
Sumber Foto: Panitia Pelaksana Bidang Edukasi dan Dokumentasi