Notification

×
© Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Idulfitri: Peradaban "Buraasak'

Admin
Kamis, 13 Mei 2021 Last Updated 2021-05-13T07:04:08Z

Oleh: Abdul Wahab Dai

kareba-celebes.com


Sebagai anak cucu Lasattumpugi' (to Ugi) yang mayoritas telah meyakini salah satu dari tiga agama Abrahamik, yakni agama langit monoteis yang bertuhan tunggal (tauhid), Islamisme Nabi SaW yang dibawa oleh Datuk di Tiro, Datuk ri Bandang dan Datuk Patimang ke semenanjung selatan Pulau Sulawesi, kini agama ini semakin kokoh di Sulawesi Selatan.


Idulfitri pun saban 1 Syawal dirayakan dengan riang gembira demi melepas bulan suci.


Lazimnya perayaan disertai aneka hidangan. Maka saat hari raya Id pun tiba, trio BLT (Buraasa', Leppe'-Leppe', Tumbu'/Tapé) menguasai meja dan baki hidangan lebaran kita.


Buraasak, Buraasaq atau dengan pelatinan  dengan ortograf Buraasa' yang ditransliterasi dari aksara Lontara' ᨅᨘᨑᨔ telah lama populer di jazirah Selatan. Sering diindonesiakan dengan kata "buras". Ada pula yang menyebutnya sebagai lepat atau lontong bersantan.


Perantau-perantau Bugis pun melanjutkan tradisi hidangan Buraasa' melintasi provinsi dan batas negara hingga ke jiran Malaysia.




Buraasa' terbuat dari beras berbalut daun pisang pipih plus santan-garam-daun salam yang dikukus lebih sejam atau dalam rentang waktu yang lama hingga matang.


Di luar hari lebaran, Buraasa' sering menjadi bekal dalam keadaan melancongi laut dan daratan, sebab bisa tahan agak lama dan lambat basi.


Dalam konteks kebangsaan kita, ketupat menjadi ikon Id. Maka bermunculanlah gambar-gambar terkait lebaran dengan ikon ketupat.


Tak ada yang salah. Ketupat sendiri lebih cenderung identik dengan kelompok kebudayaan di pulau lain, pulau asalinya. Meski ketupat telah merasuki dunia Melayu pula dan sudah lintas negara.


Namun jikalau masih ada jalan, sebagai penyokong superkultur, kultur atau subkultur Bugis, akan lebih elok jika Buraasa' dijadikan perlambang id.


Maka pada spanduk-spanduk, pamflet-pamflet, twibbon-twibbon (bingkai foto) Idulfitri dan Iduladha kita seyogyanya yang terpasang adalah gambar Buraasa'! Bukan ketupat. Saran ini hanya bagi kaum beretnis Bugis dan segenap diasporanya.


Gambar Buraasa' sebagai pemanis yang kita pasang pada pamflet lebaran kita, baik digital maupun non-digital, justru turut merawat keindonesiaan kita yang serbaneka dan semakin memperkuat muruwah kebugisan kita.


Bugis adalah sebuah peradaban dengan nilai luhur yang tinggi. Sepatutnyalah kita bangga padanya dan melestarikannya, meski hanya sekadar gambar.


Bagi sejawat Bugis yang belum membuat spanduk-pamflet-twibbon, ayo pasang gambar buraasa'!


(pendapat pribadi).

Berita Lainnya

Tampilkan

  • Idulfitri: Peradaban "Buraasak'
  • 0

Terkini

test